Contoh Makalah Bimbingan Konseling untuk Optimalisasi Perkembangan watak cukup umur

Judul pola Makalah: 

Contoh Makalah Bimbingan Konseling untuk Optimalisasi Perkembangan sopan santun Remaja

Contoh Makalah Bimbingan Konseling untuk Optimalisasi Perkembangan susila Remaja
Contoh Makalah Bimbingan Konseling untuk Optimalisasi Perkembangan sopan santun Remaja


Keterangan pola Makalah:

Contoh Makalah Bimbingan Konseling untuk Optimalisasi Perkembangan etika Remaja. Download File Format .doc atau .docx Microsoft Word dan PDF. Berikut ini kutipan teks dari isi pola Makalah Bimbingan Konseling untuk Optimalisasi Perkembangan sopan santun Remaja.

Latar Belakang
Salah satu peran perkembangan remaja ialah perkembangan tabiat. budbahasa merupakan penanda kepribadian seseorang. Apabila seseorang mempunyai susila yang baik maka dia akan mempunyai kepribadian yang baik. Tapi, bila individu mempunyai akhlak yang buruk maka dia mempunyai kepribadian yang jelek pula. Sebagai orang tua dan guru harus mengeta hui bagaimana perkembangan akhlak remaja seharusnya. Orang tua dan guru harus tahu bagaimana menghadapi dan mengembangkan etika remaja ke arah yang lebih baik.

Hal itu disebabkan lantaran pada masa remaja terjadi keadaan yang labil, sehing ga remaja harus mampu menentukan mana hal yang baik dan buruk sesuai dengan hukum-aturan yang berlaku berdasarkan bunyi hati. kalau remaja tidak sanggup mengendalikan diri maka remaja akan terjerumus kea rah yang salah atau tindakan immoril. Pada periode remaja sering terjadi seks bebas yang akan menghancurkan era depan remaja. Hal tersebut terjadi lantaran kurangnya bimbingan dan pengetahuan remaja perihal seks. Oleh karena itu, guru dan orang basi tanah sangat berperan penting dalam membimbing remaja berafiliasi dengan teman lawan jenis.

Rumusan perkara
Pada makalah ini akan dibahas tentang :
  1. Apakah pengertian dari etika?
  2. Apakah kekhasan perkembangan budpekerti remaja?
  3. Apakah bentuk salah satu tindakan immoral pada remaja?
  4. Apakah faktor-faktor yang mensugesti perkembangan susila remaja?
  5. Apakah usaha guru dan orang tua dalam menyebarkan susila remaja?

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bentuk tingkah laku budbahasa remaja, fenomena kenakalan watak remaja serta bagaimana guru dan orang tua menghadapi dan mengatasi perkara moral remaja atau tindakan immoral pada remaja. 

Pengertian susila
Elizabeth B. Hurlock (1999:74) mendefinisikan akhlak sebagai bentuk tingah laris yang sesuai dengan aturan-aturan kelompok social. “Moral” berasal dari kata “mores” yang berarti tata Cara, kebiasaan, dan budbahasa. perilaku yang bermoral dikendalikan atau didasari oleh konsep - konsep atau pengetahuan-pengetahuan tentang budbahasa yang telah menjadi pegangan atau panutan bagi kelompok sosial di mana individu tersebut berada.

Moral yaitu kebiasaan atau aturan yang harus dipatuhi oleh seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. budbahasa merupakan seperangkat aturan yag menyangkut baik atau buruk, pantas atau tidak pantas, benar atau salah, dan tidak bertetangan dengan hati nurani dalam menjalani kehidupan sosial.

Berdasarkan pengertian di atas, terdapat empat hal pokok yang berkaitan dengan budpekerti, yaitu : mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya seolah-olah aturan hokum, kebiasaan kelompok sosial; mengembangkan hati nurani; mempelajari untuk merasakan malu atau bersalah bila perilaku individu tidak sesuai dengan aturan yang ada pada kelompok sosial; dan belajar berinteraksi sosial untuk mempelajari akhlak yang ada d alam kehidupan kelompok sosial.

Seorang remaja yang beranjak dari kurun kanak-kanak harus mengganti konsep-konsep susila pada periode kanak-kanak dengan prinsip budbahasa yang berlaku pada kehidupan sosial di mana dia berada seiring dengan perkembangan pola pikir remaja. Remaja harus ma mpu mengendalikan dirinya dan bertanggung jawab atas semua yang dia lakukan. karena pada kurun kanak-kanak, tanggung jawab tertumpu pada orang renta sebagai lingkungan terdekat. Sedangkan pada kurun remaja segala yang remaja lariskan harus memikirkan baik dan buruk atas perbuatannya serta remaja harus sanggup mempertanggung jawabkannya.

Baik remaja laki-laki maupun remaja perempuan harus sanggup mempertimbangakan perilaku positif atau negatif, baik atau buruk, dan mempertanggung jawabkan sikapnya berdasarkan pengetahuan-pengetahuan yang ia miliki tanpa terlepas dari hati nurani. Perasaan watak ialah perasaan puas dialami remaja sesudah ia melaksanakan suatu perbuatan. Apakah perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang benar atau salah menurut hati remaja tersebut. 

Kekhasan Perkembangan akhlak Remaja
Perkembangan tabiat remaja berbeda dengan perkembangna tabiat periode anak-anak. Elida Prayitno (2006:106) mengemukakan penyebab perbedaan tersebut, yaitu:
  1. Meningkatnya kemampuan kognitif dari berpikir konkrit menjadi berpikir absurd atau formal. Remaja sanggup memahami permasalahan-permasalahan yang dia hadapi sesuai dengan budbahasa-moral yang ia miliki. Remaja menganalisa setiap permasalahan yang ia hadapi, terutama permasalahan susila.
  2. Remaja memperoleh kemampuan untuk memahami bahwa peraturan-peraturan itu dubuat insan atas persetujuan semua orang adlah bersifat ideal untuk kesejahteraan hidup. Remaja berusaha untuk mematuhi peraturan-peraturan yang ada terutama aturan ilahi. Remaja sangat mengharapkan aturan tersebut dipatuhi oleh setiap orang, remaja akan memberontak kalaulau terjadi pelanggaran terhadap aturan-aturan yang ada.

Remaja berada pada taraf perkembangan akhlak otonom. Sebagaimana yang diojelaskna Piaget dalam Tim PPD (2006:114) bahwa remaja akan menjalami hokum berdasrakan akad bersama. watak akan berjalan sesuai dengan kesadaran masyarakat. watak dibentuk demi kebahgiaan dan kesejahteraan kehidupan. Remaja menyadari bahwa pelanggaran susila itu akan diberi sangsi sesuai denga kesalahan yang dilakukan. Sangsi etika mampu dilihat dengan kasat mata, namun ada juga secara absurd seolah-olah sangsi berupa dosa. Semakintinggi kemampuan kognitif remaja, semakin tinggi pemahamannya terhadap akhlak. Sehingga remaja akan menuntut kepuasan dan ketentraman hidup serta keadilan. Sedangkan berdasarkan teori mencar ilmu sosial, budpekerti terbentuk dari hasil interaksi individu dengan lingkungan. susila akan tercipta baik kalau individu berinteraksi dengan lingkungan yang baik juga.

Remaja akan meniru moral lingkungan sekitarnya, remaja akanj mudah menggandakan lingkungan terdekat yaitu lingkungan keluarga dan guru. Oleh lantaran itu, orang renta dan guru harus mempunyai etika yang baik dihadapan remaja. Beberapa kecenderungan akhlak yang terlihat pada usia remaja berdasarkan Yudho Purwoko (2001:30) yaitu:
  1. Self- directive, taat beragama berdasarkan pertimbangan pribadi;
  2. Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa kritik;
  3. Submissive, mencicipi adanya keraguan terhadap ajaran etika dan agama;
  4. Unadjusted, belum meyakini akan kebenaran anutan agama dan budpekerti;
  5. Deviant, menolak dasar dan aturan keagamaan serta tatanan susila masyarakat. 

Faktor-Faktor Yang menghipnotis Perkembangan watak Remaja, Elida Prayitno (2006: 109-112), menjelasakan perihal faktor-faktor perkembangan remaja yaitu:
  1. Orang busuk tanah dan Guru Sebagai Model; Remaja laki-laki maupun perempuan menggandakan tingkah laku orang tua yang sama jenis kelaminnya karena remaja ingin seakan-akan orang busuk tanah. Anak laki-laki ingin seolah-olah ayah dan anak perempuan ingin seolah-olah ibunya. Oleh lantaran itu, orang renta dan guru harus mempunyai nilai watak yang baik dan motivasi yang tinggi. lantaran remaja akan menghubungkan dengan lingkungan aspek - aspek yang dilihatnya dari orang tua sehingga timbulah tingkah laku remaja. Teori psikoanalisa menyampaikan bahwa perilaku muncul lantaran adanya rasa bersalah pada diri remaja. Untuk keluar dari kesalahan tersebut, remaja harus melaksanakan tingkah laku yang bermoral yang ditiru dari tingkah laku orang tua dan guru.
  2. Disiplin Yang Dilakukan Orang tua; Apabila orang renta menerapkan sisem disiplain dengan mengatakan alasan mengapa sesuatu boleh atau tidak boleh dilakukan maka tingkah laku aau moral remaja akan tercipa dengan baik. Namun, kalau orang basi tanah bersifat sewenang-wenang dalam menjalankan disiplin ma ka remaja akan mempunyai budbahasa yang lemah. Hal ini disebabkan seiring dengan perkembangan kognit if remaja. Remaja pria yang tidak mempunyai ayah cenderung lemah sopan santunnya dibandingka n dengan remaja yamg tinggal dengan ayahnya lantaran ayah mampu mengatakan kode moral secara eksklusif dan kiprahan disiplin ayah akan terancam bila digantikan oleh ibu. korelasi antara watak remaja denga disiplin orang bau tanah yaitu sebagai berikut: 1) Orang renta yang menonjolkan disiplin dalam keluarga, mampu melemahkan perkembangan susila remaja. 2) Orang bau tanah yang mengakkan disiplin penarikan cina akan menimbulkan susila yang buruk. 3) Orang tua yang menerapkan disiplin induksi akan membuat watak remaja yang baik. 4) Disiplin yang dilakukan ayah jarang mensugesti perkembangan susila remaja. 5) Perasaan kasih sayang dan kelembutan akan menimb ulkan susila faktual bagi siswa.
  3. Interaksi Dengan teman Sebaya; Interaksi dengan sahabat sebaya dan kemampuan bermain kiprah merupakan wujud dari penguasaan role taking. Remaja yang mempunyai role taking baik akan mencicipi perasaan sahabatnya yang duka lantaran menerima nilai yang rendah. Perasaan tersebut akan menghipnotis pola pikirnya, sehingga remaja tidak akan menyakitkan hati temannya tersebut. Dengan meningkatnya interaksi dengan sahabat sebaya, maka kemampuan role taking remaja akan meningkat dan perkembangan watak akan semakin baik.

Tindakan Immoril Pada Remaja
Pengertian Immoril
Berdasarkan kenyataan yang kita lihat, tidak semua remaja mampu menghadap i peralihan watak dari periode kanak-kanak ke kurun remaja untuk menuju kedewasaan. Ketidakmampuan remaja tersebut akan menyebabkan tindakan-tindakan budbahasa yang menyimoang atau disebut juga tindakan immoral. Kartini Kartono (1990:235) dalam bukunya “Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan)” mendefinisikan immoral sebagai “ Tindakan yang asusila dan sangat mencolok mata, sehingga ditolak oleh masyarakat”. Beberapa ciri- cir i individu yang immoril yaitu :
  1. Kurang terkendalinya rem-rem psikis oleh hati nurani dan tidak berfungsi atau melemahnya sistem pengontrolan diri oleh rendahnya kemauan.
  2. Kurang adanya pembentukan huruf pada individu. Tindakan immoral sangat merugikan diri sendiri dan orang lain. Remaja yang seharusnya dihargai oleh sahabat sebaya menjadi hina di mata sahabat sebaya. Remaja semestinya mengikuti pendidkan layaknya remaja yang lain menjadi pemalas dan melawan kepada orang tua dan guru. Remaja tidak mengindahkan peraturan-peraturan dan nilai-nilai yang ada dalam kehidupan.

Fenomena Seksualitas Pada Remaja
Pada kurun remaja mulai tertarik kepada lawan jenis. Remaja ingin mengetahui ihwal seks. Sehingga remaja mencari isu yang lebih banyak ihwal seks. Remaja dapat memperoleh info dari majalah, buku, warta, seminar yang berafiliasi dengan free seks, atau diskusi dengan sahabat-teman. gosip dari orang tua kurang atau jarang sekali didapatkan remaja lantaran kesibukan orang basi tanah terhadap pekerjaan dan kurangnya kesa daran orang renta wacana hal itu. 

Remaja perempuan ingin sekali mengetahui perihal keluarga berencana, pil anti hamil, pengguguran, dan lain-lain. Remaja laki-laki ingin mengetahui ihwal penyakit kelamin, onani, alat kontrasepsi, dan lain-lain. Remaja yang kurang menerima bimbingan dari orang tua dan guru, baik bimbingan agama maupun bimbingan tentang perkembangna seks, maka remaja tidak akan sanggup mengontrol nafsu seksualnya sehingga terjadi pergaulan bebas (free seks). Kematangan seksual pada remaja laki-laki maupun perempuan akan diekspresikan kepada lawan jenis yang bersifat romantis dan adanya keinginan yang berpengaruh untuk memper ole h perlindungan dari lawan jenis.

Perkembangan minat terhadap lawan jenis yang disebut heteroseksualitas mengik ut i pola tertentu. Minat pada lawan jenis juga sangan dipengaruhi pola minay di antara sahabat - teman remaja. Kalau mereka berminat dalam kegiatan yang melibatkan kedua jenis seks maka remaja juga harus dapat memlihara status dalam kelompok sebaya. Pada generasi lampau, kesempatan untuk berpacaran bagi remaja tidak ada. Remaja diatur oleh aturan dan tradisi yang sangat dijunjung oleh masyarakat. Pacaran merupakan bentuk tingkah laku menyimpang disaat itu. Remaja yang menyimpang tidak akan memperoleh pinjaman dari kelompok sosialnya.

Berkencan pada zaman dahulu harus seizin orang tua dan di bawah pengawsan orang busuk tanah. Remaja menjujung tinggi nilai-nilai susila yang ada. Remaja laki-laki berpakaian rapid an bersopan santun dalam bertamu ke rumah perempuan. Bersentuhan saja mereka tidak berani, apalagi berciuman. Walaupun sudah bertunangan, remaja tidak diizinkan untuk berciuma n. Berbeda halnya dengan remaja kini, berpelukan dan berciuman di depan umum merupakan hal yang biasa. Tindakan immoral tersebut sudah menjadi “khas” kaum remaja sekarang. Tidak hanya terjadi pada remaja perkotaan yang hidup penuh dengan keglamo ura n tapi remaja pedesaan tidak terlepas dari tindakan immoral tersebut.
Hal tersebut terjadi lantaran kurangnya rasa tanggung jawab orang tua terhadap remaja. Remaja sendiri merasa telah sanggup mengatur dirinya sendiri, sehingga tidak diherankan kalau remaja yang berusia tiga belas tahun sudah berani berkencan. Elizabeth B. Hurlock (1980:228) menjelaskan alasan-alasan remaja berkencan, yaitu :
  1. Hiburan; Remaja menginginkan supaya pasangannya mempunyai berbagai keterampilan social yang dianggap penting oleh kelompok sebaya, yaitu perilaku baik dan menyenangkan. Remaja laki-laki diharapkan “tajir” oleh pasangannya.
  2. Sosialisasi; biar tetap terlibat dalam kegiatan sosial, maka remaja harus berkencan dalam melaksanakan aktivitas sosial.
  3. Status; Pasangan tetap akan memiliki ilustrasi konkret pada kelompok sosial.
  4. Masa Depan; Remaja berkencan untuk memikirkan kehidupan masa depan. Remaja berkencan untuk memikirkan planning akad nikah.
  5. Pemilihan sahabat Hidup; Remaja yang memilki minat pendidikan yang rendah, menentukan untuk berkencan guna mencari pasangan yang akan menjadi pendamping hidupnya. Namun, remaja salah dalam Tutorial menentukan, remajamau bekerjasama yang melewati batas dengan teman kencannya untuk mengenali pasangannya lebih jauh.
Dengan adanya pasangan tetap akan memberi peluang besar pada remaja untuk melaksanakan korelasi seksual secara bebas. Remaja akan mengenali pasangannya secara dini. Pendirian asrama atau kos-kosan yang tidak dtempati oleh pemiliknya akan memancing remaja untuk melampiaskan nafsu seksualnya. Remaja laki-laki diizinka n masuk ke rumah atau kamar pasangannya, begitu juga sebaliknya. Seks bebas akan terjadi kalaulau kelompok sebaya mendukung untuk berkencan. Apalagi pendapat mengena i benar atau salah mengenai sikap seksual menyertai perubahan sikap. Pengungkapa n cinta merupakan tindakan baik dan melaksanakan korelasi seksual sebagai bukti cinta menurut remaja tidak salah.

Hal itu sanggup kita lihat pada remaja-remaja yang tinggal jauh dari orang tua dan belum mencapai usia yang pantas untuk meninggalkan pendidikan. Kartini Kartono (1990:235-236) menyatakan bahwa tindakan immoralitas pada remaja didorong oleh kebutuhan untuk memuaskan nafsu seksual. Pada remaja perempuan, tindakan immora l diransang oleh pemanjaan diri dan kompensasi terhadap kelabilan jiwanya. Remaja perempuan merasa tidak bahagia, kecewa, dan ingin berontak terhadap lingkungannya. Hal tersebut disebabkan oleh:
  1. Kegagalan di sekolah, tidak sanggup berprestasi, konflik dengan sahabat atau guru.
  2. Konflik dengan orang tua dan keluarga.
  3. Merasa kecewa dan tidak puas dengan keadaan diri dan kecewa.
  4. Disharmoni dan disintegrasi dalam konstitusi keribadian sehingga muncul konflik batin dan ketegangan emosional yang tak terbendung.
  5. Remaja berada pada lingkungan broken home. Remaja kekurangan kasih sayang dari orang kedaluwarsa tanah dan lingkugannya.
  6. Remaja berontak dan ingin berdasarkani kemauan sendiri lantaran merasa telah yang kuasasa dan mampu bertanggung jawab.

Berdasarkan keterangan di atas, remaja yang tidak sanggup mengendalikan seksualitas kearah konkret mudah dan akan terbiasa dengan immoral. Kebiasaan seks bebas (free seks) akan mengarahkan remaja ke dunia narkoba dan kumpul kebo. lantaran remaja yang tergabung dalam kelomok free seks disebut kumpul kebo. Pada kesempatan itulah anggota kelompok berkenalan dengan narkoba. Remaja akan lupa dengan semua aturan-aturan yang mengikat sikap dan tingkah laku mereka. Pengkonsumsian narkoba akan menyebabkan remaja ketagihan dan akan menggunakannya berulang- ulang sehingga narkoba akan mengontrol sistem saraf pengkonsumsinya.

Pegkunsumsian narkoba yang berlebihan akan meningkatkan seksual remaja sehingga banyak terserang HIV/AIDS pada remaja. berdasarkan keterangan para jago, virus HIV/AIDS akan menyerang keturunan. Sangat disayangkan, lantaran ulah orang renta di era remaja akan menghancurkan kala depan anaknya. Begitu juga di mata yang kuasa, betapa besar dosa yang telah dilakukan remaja dalam menikmati kala remajanya. Nafsu telah menguasai kebijaksanaan dan hati remaja sehingga remaja terjerumus ke jalan setan. Remaja tidak menyadari bahwa belum tentu pasangannya itu akan menjadi sahabat hidupnya nanti. Apalagi pada remaja perempuan yang telah dinoda oleh pasangannya yang tidak bertanggung jawab.

Remaja telah merusak nama baik keluarga di mata masyarakat dan menanam dosa di sisi ilahi. Keluarga akan dicap masyarakat sebagai keluarga tak bermoral dan tidak bertanggung jawab terhadap tabiat anak. Bagi remaja itu sendiri, free seks telah menghancurkan masa depan mereka dan merusak gambaran diri di mata sahabat sebaya. Remaja akan menjadi pendiam dan menarik diri dari lingkungannya.

Upaya Guru dan Orang renta dalam mengembangkan susila Remaja
  1. Memperkenalkan pengetahuan agama; budbahasa tidak terlepas dari pengetahuan agama. Remaja harus diberi pengetahuan ihwal nilai- nilai moral yang diatur dalam agama sehingga remaja mempunyai pegangan hidup. 
  2. Memperkenalkan nilai susila yang berlaku; Guru dan orang bau tanah memperkenalkan kepada remaja perihal nilai-nilai yang berlaku.
  3. Menunjukkan perilaku yang penuh kasih; Guru dan orang renta harus memperlihatkan sifat kasih sayang kepada sesama terutama kepada remaja. Sehingga remaja akan meniru apa yang dilakukan guru dan orang busuk tanah. Dalam hal ini guru dan orang busuk tanah sebagai model dalam bersikap.
  4. Membangkitkan kata hati; Dalam bersikap kata hati merupakan panduan yang benar. Keadaan yang benar dan jelek dapat dipercaya melalui kata hati.
  5. Membina situasi sosial emosional yang bermoral; hubungan orang busuk tanah dan anak, anak dengan anak, ramah tamah, rasa kasih saying sangat mempengaruhi perkembangan akhlak remaja. Guru dan orang tua memberika n contoh yang baik dalam mendidik, dengan menyampaikan kebanggaan dan teguran yang tidak menjatuhkan perasaan remaja.
  6. Meningkatkan pandangan tabiat; Remaja dilibatkan dalam aktivitas tertentu yang bersangkutan dengan perkara sopan santun. Sehingga remaja dapat menghindari diri dari tindakan immoral lantaran remaja tahu apa balasan dari yang akan dia lariskan.
  7. Memberikan informasi perihal ancaman seks bebas dan narkoba bagi diri sendiri dan orang lain.
  8. Membina bergaul dalam kelompok dengan lawan jenis. Guru membentuk kelompok mencar ilmu atau diskusi pada remaja sehingga tercipta korelasi yang konkret pada remaja yang berlawanan jenis.
  9. Membimbing siswa yang menyukai lawan jenis semoga tidak terjadi perzinaan.
  10. Membantu remaja mengembangkan diri berupa bakat dan minatnya sehingga remaja bertindak kasatmata untuk megekspresikan cintanya kepada lawan jenis. contohnya remaja akan semangat latihan atau mencar ilmu lantaran ingin memperlihatkan kepada sahabat lawan jenisnya bahwa ia sanggup berprestasi.
  11. Orang renta hendaknya mendapat sahabat remaja dan membina mereka dalam bergaul di rumah serta selalu mendampingi meraka.
  12. Orang renta memperhatikan perubahan-perubahan pada remaja. Jangan biarkan remaja menyimpan perkaranya sendiri. 

Kesimpulan
Sebagai seorang remaja harus memiliki pengetahuan wacana budbahasa yang akan menjadi pegangan hidup dalam bersikap. Dengan kemampuan berpikir abnormal remaja sanggup menentukan mana hal yang baik dan jelek, pantas atau tidak pantas, benar atau salah. Remaja yang tidak memiliki pengetahuan akhlak akan terlibat tindakan immoral yang akan meresahkan masyarakat umumnya dan akan menghancurkan kala depan remaj yang bersangk utan remaja tersebut khususnya.

Saran
Orang tua hendaknya menyampaikan atau membimbing anak dari kecil dengan banyak ilmu pengetahuan perihal watak sehingga dalam menghadapi era remaja yang labil, anak tidak canggung. Remaja akan bertanggung jawab dengan apa yang dilakukannya.Di samping itu, guru sebagai orang renta pengganti disekolah hendaknya membimbing remaja dalam menjalin hubungan dengan sahabat lawan jenis supaya tidak terjadi penyimpangan moral yang akan merusak gambaran sekolah. Remaja harus diberi pengetahua n agama dan dibimbing dalam mengembangkan minat dan talenta sehingga remaja tidak mempunyai waktu untuk bertindak immoral.

Oleh lantaran itu, orang tua dan guru harus menjadi model yang baik bagi remaja dan selalu mengatakan kasih sayang yang penuh terhadap remaja.

Selengkapnya silahkan lihat file preview dan download Contoh Makalah Bimbingan Konseling untuk Optimalisasi Perkembangan sopan santun Remaja pada link di bawah ini.

Preview tumpuan Makalah:

Contoh Makalah Bimbingan Konseling untuk Optimalisasi Perkembangan tabiat Remaja


Download pola Makalah:

[ Format File .doc / .docx Microsoft Word dan PDF]

Contoh Makalah Bimbingan Konseling untuk Optimalisasi Perkembangan budpekerti Remaja.docx
Contoh Makalah Bimbingan Konseling untuk Optimalisasi Perkembangan budpekerti Remaja.pdf

Demikian share file Contoh Makalah Bimbingan Konseling untuk Optimalisasi Perkembangan akhlak Remaja semoga mampu membantu dan bermanfaat.

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Laporan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) Download File Format .docx Microsoft Word

Kumpulan contoh Karya Tulis Ilmiah Lengkap Format Microsoft Word

Contoh Kata Pengantar Makalah Sosiologi