Cara Penulisan Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Dilengkapi acuan Lengkap

Cara Penulisan Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Dilengkapi acuan Lengkap. Selain makalah yang menjadi peran di perkuliahan, karya tulis ilmiah sering dijadikan referensi atau sumber informasi secara lengkap lantaran karya tulis ilmiah biasanya merupakan laporan hasil penelitian yang dilakukan secara formal dengan merujuk pada teori-teori yang ada terkait dengan topik masalah yang diteliti.

Cara Penulisan Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Dilengkapi teladan Lengkap yang praktis-mudahan mampu menjawab pencarian anda terkait dengan Cara menulis dan acuan-contoh karya tulis ilmiah seperti banyak sekali pencarian tentang contoh karya tulis ilmiah bidang pendidikan, teladan karya tulis tentang ancaman rokok, teladan karya tulis ilmiah perihal sampah, pola karya tulis ilmiah sederhana, contoh karya tulis ilmiah perihal pergaulan bebas, pola karya tulis ilmiah pdf, pola karya tulis ilmiah tentang kesehatan, acuan karya tulis yang benar dan lain-lain.

Dan yang akan dibahas di sini ialah ihwal Penulisan Karya Tulis untuk tugas-Tugas Dalam Perkuliahan: Esai, Anotasi Bibliografi, Reviu Buku/ bagian Buku/ Artikel, Artikel Ilmiah Berbasis Penelitian.

Cara Penulisan Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Dilengkapi teladan Lengkap
Cara Penulisan Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Dilengkapi pola Lengkap

Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah untuk peran Perkuliahan Mahasiswa

Penulisan karya ilmiah memiliki peranan dan kedudukan yang sangat penting dan merupakan potongan dari tuntutan formal akademik.Di setiap universitas,  penulisan karya  ilmiah dapat  berupa cuilan dari peran kuliah yang diberikan dosen kepada mahasiswa, ialah dalam bentuk esai, anotasi bibliografi, reviu buku, dan artikel ilmiah, atau merupakan salah satu syarat  penyelesaian studi untuk memperoleh gelar sarjana, magister, maupun  doktor  dalam bentuk skripsi, tesis, dan disertasi.

Dalam keseharian pelaksanaan perkuliahan, mahasiswa sering mendapatkan tugas menciptakan aneka macam jenis tulisan. Ada beragam bentuk  tugas menulis yang lazim  diberikan oleh  para  dosen sesuai dengan bidang keilmuan masing-masing, dengan bentuk goresan pena yang khas pula. Kali ini, akan disampaikan dua hal utama, yaitu (1) prinsip-prinsip penting dalam menulis, dan (2) beberapa bentuk tulisan yang umumnya menjadi peran rutin mahasiswa di lingkungan sekolah tinggi tinggi, baik pada jenjang S-1, S-2, dan S-3.

Prinsip-Prinsip Penting dalam Menulis

Menulis sebagai sebuah bentuk peran kuliah sering kali menjadi beban dan tantangan tersendiri bagi para mahasiswa. Sebelum berbicara secara lebih khusus mengenai banyak sekali bentuk goresan pena yang biasa ditugaskan, alangkah baiknya para mahasiswa memahami sedikit mengenai klaim-klaim filosofis ihwal menulis. Berikut ini disampaikan empat klaim mengenai menulis yang merujuk pada apa yang disampaikan oleh Fabb dan Durant (2005, hlm. 2-6).

Pertama, menulis berarti mengonstruksi.  Klaim  ini menyatakan  bahwa  menulis bukan sekedar mengeluarkan wangsit atau pendapat secara bebas, melainkan proses mengomposisi, dalam kata lain sebuah keterampilan untuk menciptakan atau membangun sesuatu. Dalam proses membangun  ini seorang penulis perlu melakukan kontrol terhadap beberapa hal utama, yakni argumen, struktur informasi, struktur teks, gaya bahasa, tata bahasa dan teknik penulisan, serta penyajiannya.

Kedua, menulis melibatkan proses rekonstruksi yang berkelanjutan. Kebanyakan proses menulis, apa pun jenis tulisannya, mengalami proses revisi secara berulang. Proses menulis yang diikuti kegiatan membaca hasil goresan pena secara berulang menjadi suatu tahapan yang lumrah dalam melihat hal-hal  yang masih  memerlukan perbaikan, penekanan,  dan penguatan dari segi makna, pilihan kata, gaya bahasa, atau aspek penulisan lainnya.

Ketiga, menulis ialah Cara berpikir. Dalam hal ini menulis dipandang sebagai alat. seperti halnya banyak sekali bentuk beliaugram visual dan hasil penghitungan angka, praktik berpikir dapat dilakukan dengan Tutorial menulis. Menulis membantu penulis dalam mengorganisasikan wangsit ke dalam urutan atau sistematika tertentu yang tidak mudah dilakukan secara simultan dalam pikirannya. karena itulah pikiran memerlukan alat untuk dapat muncul dan terefleksi. intinya pembaca mampu melihat bagaimana Tutorial berpikir penulis melalui tulisan yang dibuatnya.

Keempat, menulis berbeda dengan berbicara. saat berkomunikasi secara mulut, pendengar dapat menginterupsi pembicara untuk menyampaikan klarifikasi mengenai berbagai hal yang dibicarakan sehingga pemahaman mampu berjalan lebih praktis.  Berbeda  dengan  komunikasi  tertulis,  pembaca tidak mampu melakukan penjelasan seperti yang dilakukan dikala orang mendengarkan dan berbicara. Hal ini kemudian mengharuskan penulis untuk menyediakan semaksimal mungkin hal-hal yang menguatkan pemahaman pembacanya. Itu lah mengapa menulis sifatnya cenderung lebih formal dan lebih terikat oleh banyak aturan. 

Dengan membaca dan memahami klaim-klaim tersebut secara kritis, diharapkan dikala menjalani proses menulis nantinya, mahasiswa mampu secara cermat menyadari bahwa menulis pada dasarnya lebih merupakan proses yang memiliki tujuan dan ciri khas tertentu dibandingkan dengan keterampilan berbahasa lainnya.

Esai

Pengertian esai

Secara sederhana, esai dapat dimaknai sebagai bentuk goresan pena lepas, yang lebih luas dari paragraf, yang diarahkan untuk mengembangkan inspirasi mengenai sebuah topik (Anker, 2010, hlm. 38). Esai merupakan salah satu bentuk tulisan yang sering kali ditugaskan  kepada para mahasiswa. Esai beliaunggap memiliki peranan penting dalam pendidikan di  banyak negara untuk mendorong pengembangan diri mahasiswa. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa dengan menulis esai, mahasiswa mengungkapkan apa yang dipikirkan beserta  alasannya,  dan mengikuti  kerangka penyampaian pikiran yang selain memerlukan teknik, juga memerlukan kualitas personal, kemauan, serta kualitas pemikiran. Dalam hal ini esai beliaunggap pula sebagai Cara untuk menguji atau melihat kualitas ilham yang dituliskan oleh penulisnya (Harvey, 2003).

Esai memang sering dianggap sebagai bentuk tulisan yang mendorong penulisnya untuk menguji ilham yang mereka miliki mengenai suatu topik. Dalam menulis esai, mahasiswa diharuskan membaca secara cermat, melakukan analisis, melaksanakan perbandingan, menulis secara padat dan jelas, dan memaparkan sesuatu secara seksama. Tanpa menulis esai dikatakan bahwa mahasiswa tidak akan sanggup “merajut” kembali potongan-potongan pemahaman yang mereka mampukan selama mencar ilmu ke dalam sebuah bentuk yang utuh (Warburton, 2006). 

Di antara banyak sekali alasan mengapa penulisan esai seringkali diberikan, McClain dan Roth (1999, hlm. 1) menyatakan bahwa esai dapat membuat mahasiswa mencar ilmu tiga hal penting, ialah (1) bagaimana mengeksplorasi area kajian dan mengatakan penilaian mengenai sebuah isu,  (2) bagaimana   merangkai argumen untuk mendukung penilaian tersebut berdasarkan pada logika dan bukti, dan (3) bagaimana menghasilkan esai yang menarik dan memiliki struktur koheren.

Struktur umum esai

Jumlah  kata yang lazim dalam penulisan esai sebagai tugas kuliah adalah antara 300-600 kata untuk esai pendek dan lebih dari 600 kata, tergantung penugasan dan kajian keilmuan, untuk esai  yang lebih panjang  (lihat Anker, 2009). Secara  umum struktur esai, baik esai pendek maupun esai panjang, memiliki tiga  bagian  utama.  Selain judul, sebuah  esai  memiliki  bagian secara berurutan berupa (1) pendahuluan, (2) cuilan inti, dan (3) kesimpulan (lihat Savage & Mayer, 2005; Anker, 2009; McWhorter, 2012). Dalam penulisannya, label pendahuluan, bagian  inti, dan  kesimpulan  tidak dimunculkan  karena  esai adalah goresan pena yang tidak disusun dalam bagian dan subbab.

Bagian pendahuluan sebuah esai berisikan  identifikasi  topik yang akan beliaungkat, dengan memberikan latar belakang berupa penggambaran situasi atau kondisi terkini terkait topik tersebut. Penggambaran latar belakang ini beranjak dari penjelasan secara umum ke arah yang lebih sempit. Pada titik ini juga dilakukan upaya menarik perhatian pembaca dengan menekankan mengapa topik tersebut penting untuk beliaungkat sekaligus memberikan ilustrasi mengenai apa yang akan dibahas terkait topik tersebut dalam kalimat yang disebut thesis statement. Lazimnya, thesis statement ini muncul di potongan balasan pendahuluan dari sebuah esai. 

Bagian kedua, ialah serpihan inti, berisikan pecahan pengembangan inspirasi yang dimuat dalam thesis statement. Pada kepingan inilah isi utama goresan pena dikupas dan dikembangkan sesuai dengan jenis esai yang ditulis. Perlu diingat, pada pecahan  ini pengembangan wangsit dilakukan dengan Tutorial menyampaikan pikiran utama yang kemudian dikemas dan diperkuat melalui satu atau lebih kalimat pendukung. Pikiran utama yang dimunculkan tentunya sangat bergantung pada topik yang menjadi fokus penulisan. Pikiran  utama  tersebut  harus  merupakan  pemetaan logis dari topik yang hendak dibahas sesuai tujuan jenis esainya.

Bagian ketiga dari sebuah esai ialah penarikan  kesimpulan. pecahan ini merupakan serpihan tempat penulis melakukan penguatan terhadap topik yang telah dinyatakan pada thesis statement dan telah dibahas pada potongan inti esai. Ringkasan pembahasan pada umumnya menjadi penutup pada belahan ini. 

Jenis-jenis esai

Pada dasarnya jenis esai yang mungkin ditulis oleh mahasiswa dapat sangat majemuk, sesuai dengan sudut pandang dan tujuan penulisannya. Namun demikian pada pedoman ini hanya akan dijelaskan 3 jenis esai yang sering kali menjadi peran bagi mahasiswa di antara berbagai jenis esai yang ada, ialah (1) esai eksposisi, yang memuat argumen atau pendapat penulis tentang sesuatu, (2) esai diskusi, yang menampilkan Tutorial membahas suatu informasi berdasarkan berbagai perspektif, minimal dua perspektif, contohnya konvergen (persamaan) dan divergen (perbedaan), dan (3) esai eksplanasi, yang menerangkan bagaimana sesuatu terjadi dan apa konsekuensi dari kejadian tersebut. Masing-masing jenis esai tersebut lebih lanjut diuraikan pada kepingan di bawah ini.

Jenis esai pertama, yaitu esai eksposisi, bertujuan untuk mengemukakan pendapat penulis secara eksplisit ihwal sebuah isu. Dalam hal ini, pembaca beliaurahkan untuk meyakini pendapat yang disampaikan terkait sebuah info atau topik. Argumen penulis didukung oleh data, fakta, dan referensi para jago, atau pengalaman pribadi penulis.

Ada dua jenis esai eksposisi (lihat Martin, 1985; Derewianka, 1990; Gerot, 1998), yaitu eksposisi analitis dan eksposisi hortatori. Pada esai eksposisi analitis penulis berusaha meyakinkan pembaca bahwa sebuah berita itu benar atau tidak, penting atau tidak. Sementara itu, pada esai eksposisi hortatori
penulis berusaha meyakinkan pembaca untuk melaksanakan sesuatu seperti yang disarankan olehnya.

Struktur esai eksposisi meliputi tiga pecahan sebagai berikut: 1) kalimat pendahuluan (thesis statement) yang berisi pernyataan atau pendapat atau pandangan penulis mengenai suatu informasi atau topik yang ditulis; 2) argumen yang memaparkan argumen penulis untuk mendukung pernyataan atau pendapat atau dogma yang diungkapkan dalam kalimat pendahuluan; 3) pernyataan epilog atau final yang merupakan aksentuasi kembali pendapat yang dinyatakan di pendahuluan (restatement of thesis).

Jenis esai kedua, yaitu esai diskusi, ditulis untuk mengemukakan pendapat atau argumen mengenai sebuah info atau topik dari aneka macam perspektif, setidaknya dari dua perspektif, terutama perspektif   yang   mendukung dan yang menentang,  dengan diakhiri oleh rekomendasi penulis.

Struktur esai diskusi terdiri atas empat potongan sebagai berikut: 1) belahan pendahuluan yang memuat penjelasan singkat mengenai gosip yang dibahas; 2)   argumen  yang  mendukung, yang  dapat  memuat fakta, data, hasil penelitian, atau referensi dari para jago atau berbasis pengalaman pribadi; 3)  argumen yang menentang, yang secara serupa mampu didukung oleh fakta, data atau hasil penelitian, referensi para hebat atau pengalaman pribadi; 4) selesai dan rekomendasi, yang terutama berisi pengungkapan kembali  inti argumen  dan  rekomendasi terhadap  isu  yang  dibahas beserta  usulan  kerangka dalam menyikapi atau mengatasi informasi tersebut.

Jenis esai ketiga, adalah esai eksplanasi, ditulis untuk menjelaskan serangkaian tahapan dari sebuah fenomena, atau bagaimana sesuatu beroperasi (sequence explanation-explaining how), atau mengungkapkan alasan dan dampak terjadinya suatu fenomena (consequential explanation-explaining why), atau campuran dari kedua jenis penjelasan itu. 

Esai eksplanasi terdiri atas dua bagian utama sebagai berikut: 1) ilhamntifikasi fenomena, yang berisi identifikasi apa yang akan diterangkan atau dijelaskan; 2) urutan insiden (sequential explanation), yang merupakan uraian yang menggambarkan tahapan kejadian yang relevan dengan fenomena yang digambarkan atau alasan atau dampak dari suatu fenomena (consequential explanation).

Anotasi Bibliografi

Pengertian anotasi bibliografi

Dilihat  dari  kata-kata  penyusunnya,  anotasi  bibliografi  terdiri atas kata “anotasi” dan “bibliografi”. “Anotasi” mengandung arti “ringkasan  atau evaluasi”, sementara “bibliografi”  dapat iartikan sebagai “daftar sumber bacaan yang digunakan untuk mengkaji sebuah topik” (Purdue  University, t.t.). Dalam kata lain, anotasi bibilografi merupakan bentuk goresan pena yang memaparkan kajian atau ringkasan singkat dari beberapa buku atau artikel yang saling berkaitan. Di samping itu, uraiannya menggambarkan pemahaman penulis terhadap buku atau artikel yang dibahas.

Struktur umum anotasi bibliografi
Format anotasi bibliografi pada dasarnya mampu bersifat deskriptif maupun deskriptif-evaluatif (University of New England, t.t.).

Reviu Buku/ bagian Buku/ Artikel

Dalam setiap mata kuliah, membaca buku yang menjadi bacaan wajib atau buku yang menjadi bahan rujukan yang direkomendasikan merupakan hal yang penting bagi setiap mahasiswa. Ada kalanya dosen memberikan bentuk peran kepada mahasiswa berupa penulisan reviu buku, bagian buku, atau artikel. Pada   bagian di  bawah ini disampaikan uraian mengenai penulisan laporan buku, bagian buku, atau laporan artikel penelitian.

Pengertian reviu buku/ bab buku/ artikel
Melakukan reviu terhadap buku/ bagian buku/ artikel intinya yaitu upaya untuk membaca secara seksama kemudian melakukan penilaian terhadap buku/ bagian buku/ artikel yang dibaca tersebut. Sedikit berbeda dengan laporan buku / bab buku/ artikel yang  lebih  cenderung  bersifat  deskriptif  dalam artian lebih melihat apa yang dikatakan oleh penulis buku/ bab buku/artikel dan bagaimana mereka mengatakannya, reviu buku/ bab buku/ artikel dibuat dengan tujuan untuk menilai dan memberikan rekomendasi apakah buku/ bagian buku/ artikel tersebut layak untuk dibaca atau tidak.

Struktur umum reviu buku/ bagian buku/ artikel

Jumlah kata dalam penulisan reviu buku/ bagian buku/ artikel pada umumnya berada dalam kisaran 500--750  kata. Jumlah ini dapat lebih rendah atau lebih tinggi tergantung penugasan yang diberikan oleh dosen. Dari segi struktur, reviu buku/ bab buku/ artikel, seakan-akan dikemukakan oleh Crasswell (2005, hlm. 117),  biasanya terdiri atas beberapa potongan yang dijelaskan di bawah ini.
  1. Bagian pertama yaitu pendahuluan, yang berisi identifikasi  buku  atau  bab buku,  atau artikel (penulis, judul, tahun publikasi, dan informasi lain yang beliaunggap penting).
  2. Bagian kedua merupakan ringkasan atau uraian pendek mengenai isi argumen dari buku/ bab buku/ artikel.
  3. Bagian ketiga adalah inti reviu, berupa inti pembahasan buku/ bagian buku/ artikel yang merupakan analisis kritis dari aspek pokok yang dibahas dalam buku/ bab buku/ artikel itu. Pada belahan ini penulis reviu menyampaikan bukti analisis dari dalam buku/ bagian buku/ artikel atau membandingkannya  dengan  sumber  ilmiah  lain.  Pada kepingan  ini  juga  penulis  reviu  dapat mengungkapkan kelebihan serta kekurangan dari buku/ bagian buku/ artikel yang ia analisis.
  4. Bagian terakhir ialah tamat, yang berisi evaluasi ringkas atas kontribusi buku/ bagian  buku/ artikel secara keseluruhan terhadap perkembangan topik yang dibahas, terhadap pemahaman   pereviu, dan perkembangan keilmuan.

Artikel Ilmiah Berbasis Penelitian

Dewasa ini dalam dunia pendidikan di dalam dan di luar negeri, para akademisi dituntut untuk mempunyai kemampuan menerapkan langkah-langkah ilmiah dalam menjawab pertanyaan atau menyelesaikan masalah sesuai dengan bidang keilmuan yang mereka kaji. Penerapan langkah ilmiah dalam mengupas sebuah kasus, penyusunan laporannya, serta diseminasi terhadap apa yang telah dihasilkan, terutama dalam bentuk artikel ilmiah belakangan ini menjadi tuntutan yang mengemuka sebagai salah satu syarat penyelesaian studi. kepingan ini akan memaparkan konsep-konsep penting terkait artikel ilmiah berbasis penelitian beserta struktur yang umumnya digunakan dalam penulisannya.

Pengertian artikel ilmiah

Artikel ilmiah berbasis penelitian ialah bentuk goresan pena yang memaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan. mampu dikatakan bahwa artikel jenis ini merupakan bentuk ringkasan laporan penelitian yang dikemas dalam struktur yang lebih ramping.

Pada  dasarnya  artikel  jenis  ini  dapat  dibagi  ke  dalam  dua kategori, yakni (1) artikel yang memuat kajian hasil penelusuran pustaka, dan (2) artikel yang berisikan ringkasan hasil penelitian yang memang dilakukan oleh penulis secara pribadi. 

Struktur umum artikel ilmiah
Pada dasarnya sistematika penyusunan artikel ilmiah cenderung mengikuti pola yang serupa. Kecuali untuk artikel yang berbasis kajian pustaka, kebanyakan artikel dan jurnal ilmiah yang melaporkan hasil penelitian yang ditulis dalam bahasa Inggris cenderung mengikuti pola AIMRaD (Abstract, Introduction, Method,   Results,   and   Discussion)   beserta   variasinya   (lihat Hartley, 2008; Cargill & O’Connor, 2009; Blackwell & Martin, 2011).  Apabila  diadaptasi  ke  dalam  bahasa Indonesia kurang lebih pola ini menjadi APeMTeP (Abstrak, Pendahuluan, Metode Penelitian, Temuan, dan Pembahasan). potongan yang umumnya muncul sehabis pembahasan ialah tamat, rekomendasi, atau implikasi hasil penelitian.

Untuk artikel yang menyajikan hasil penelurusan pustaka, sitematika  yang  umumnya  diikuti  adalah  setelah  penulisan absurd dan pendahuluan, penggalan metode penelitian, temuan dan pembahasan diganti dengan poin-poin teori atau konsep yang dihasilkan dari penelusuran pustaka yang telah dilakukan. penggalan ini mampu dibagi lagi menjadi beberapa sub serpihan antara dua atau lebih sub cuilan, menyesuaikan dengan kerumitan topik yang dibahas dalam artikel yang ditulis.

Isi uraian dari setiap serpihan yang terdapat dalam artikel yang digambarkan di atas intinya serupa dengan uraian yang lazimnya muncul dalam goresan pena laporan penelitian namun dalam jumlah kata yang lebih terbatas. Uraian mengenai unsur yang muncul pada penggalan pendahuluan, metode penelitian, temuan dan pembahasan penelitian  ini intinya serupa dengan uraian pada penulisan skripsi, tesis, dan disertasi. Secara lebih terperinci, uraiannya dapat dilihat pada pembahasan di bagian III mengenai penulisan skripsi, tesis, dan disertasi.

Penulisan tugas Penyelesaian Studi: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Antologi

Pengertian skripsi, tesis, dan disertasi

Skripsi, tesis, dan disertasi ialah karya tulis ilmiah yang dibuat sebagai salah satu syarat dalam merampungkan studi yang ditempuh oleh mahasiswa. Skripsi merupakan salah syarat untuk menyelesaikan studi jenjang sarjana (S-1), sementara tesis untuk jenjang magister (S-2), dan disertasi untuk jenjang doktor (S-3). Kualitas penulisan skripsi, tesis, dan disertasi menjadi gambaran kuat terhadap kemampuan akademik mahasiswa dalam merancang, melaksanakan, dan melaporkan hasil penelitian.

Karakteristik skripsi, tesis, dan disertasi

Penulisan skripsi, tesis, dan disertasi merupakan salah satu tugas akademik akibat yang dipandang paling sulit yang harus dipenuhi oleh mahasiswa dalam penyelesaian studinya. Berbeda dengan karya ilmiah lain yang telah dipaparkan di bagian II, skripsi, tesis, dan disertasi dibuat oleh penulis (mahasiswa) melalui aba-aba dosen pembimbing. lantaran proses penulisan skripsi, tesis dan disertasi cenderung lebih kompleks dan mendalam dari pada penulisan tugas kuliah biasa, pengarahan yang tepat harus diperoleh oleh setiap mahasiswa. Pengarahan terkait substansi dari topik yang diteliti beserta teknik penulisannya menjadi hal penting dalam pembimbingan penulisan skripsi, tesis, dan disertasi. Pengarahan dan pembimbingan ini dilakukan sebisa mungkin oleh dosen yang mempunyai bidang keahlian atau kepakaran yang sesuai  dengan bidang yang diteliti oleh mahasiswa penulis skripsi, tesis, dan disertasi tersebut. 

Cara penulisan serta unsur-unsur yang ada dalam skripsi, tesis, dan  disertasi intinya serupa. Yang membedakan antarketiga karya ilmiah itu adalah kedalaman serta kompleksitas dari setiap aspek yang dibahas, khususnya aspek-aspek yang berkaitan dengan teori, metode penelitian, pemaparan temuan, serta analisis datanya.

Dalam hal kompleksitas, penulisan skripsi relatif lebih sederhana. Penulisan tesis memiliki sifat yang lebih dalam dan kompleks. Sementara penulisan disertasi dianggap sebagai yang paling mendalam dan kompleks  dari  segi  pemaparan  berbagai  aspek penelitiannya, mengingat pada jenjang ini para calon doktor diharapkan mampu memperlihatkan dan menandakan secara meyakinkan kapasitas kepakarannya nanti.

Sistematika Umum Skripsi, Tesis, dan Disertasi

Sistematika penulisan skripsi, tesis, dan disertasi disesuaikan dengan disiplin bidang ilmu dan jenjang pendidikan yang ada di UPI. Namun demikian, sistematika penulisan skripsi, tesis, dan disertasi ini secara umum terdiri atas beberapa cuilan yang dipaparkan  secara  lebih  spesifik  pada  subbagian yang disampaikan berdasarkan urutan penulisannya di bawah ini.

Halaman judul
Secara format, halaman judul pada dasarnya memuat beberapa komponen, yaitu (1) judul skripsi, tesis, atau disertasi, (2) pernyataan penulisan sebagai pecahan dari persyaratan untuk menerima gelar, (3) logo UPI yang resmi, (4) nama lengkap penulis beserta Nomor Induk Mahasiswa (NIM), dan (5) identitas prodi/jurusan, fakultas, universitas, beserta tahun penulisan.

Terkait komponen judul, berikut ini disampaikan setidaknya dua catatan penting yang disimpulkan dari Hartley (2008), Cargill dan O’Connor (2009), serta  Blackwell dan Martin (2011) mengenai perumusan judul pada goresan pena ilmiah berbasis penelitian seolah-olah  skripsi,  tesis, dan  disertasi. Pertama, judul yang baik yaitu judul yang dirumuskan secara menarik dan informatif,  mencerminkan secara akurat isi goresan pena, dikemas secara singkat dan terang, serta memenuhi kaidah penggunaan bahasa yang baik dan benar. Terkait jumlah kata, judul sebaiknya dirumuskan tidak lebih dari 14 kata. Kedua, konstruksi judul disusun  sesuai  dengan  sifat  dan  isi  dari skripsi, tesis, atau disertasi  yang dibuat. Pada  dasarnya  penulis  dapat  memilih apakah judulnya akan dikemas dalam bentuk (1) frasa nomina, (2) kalimat lengkap, (3) kalimat tanya, atau (4) konstruksi judul utama dan subjudul. Namun demikian penulisan  judul  pada kajian lintas bidang ilmu masih secara mayoritas memakai frasa nomina. Penggunakan tiga konstruksi judul lainnya dapat juga digunakan selama dikemas dan dirumuskan dengan redaksi yang baik dan benar.

Halaman pengesahan
Halaman pengesahan dimaksudkan untuk memberikan legalitas bahwa semua isi dari skripsi, tesis, atau disertasi telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing dan ketua jurusan/ program studi. Secara format, nama lengkap dan gelar, serta kedudukan tim pembimbing disebutkan. Untuk skripsi dan tesis dapat digunakan istilah Tim Pembimbing dengan kedudukan sebagai Pembimbing I dan Pembimbing II. Adapun untuk disertasi digunakan istilah Promotor, Kopromotor, serta Anggota.Halaman pernyataan ihwal keaslian skripsi, tesis, atau disertasi, dan pernyataan bebas plagiarisme Pernyataan tentang keaslian skripsi, tesis, dan disertasi   berisi penegasan bahwa skripsi, tesis, dan disertasi yang dibuat adalah benar-benar asli karya mahasiswa yang bersangkutan. Pernyataan ini juga harus menyebutkan bahwa skripsi, tesis, atau disertasi bebas plagiarisme. 

Redaksi pernyataan tersebut ialah sebagai berikut:
Dengan   ini   saya   menyatakan   bahwa   skripsi/tesis/disertasi dengan judul "............." ini beserta seluruh isinya adalah benar- benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan  dengan  cara-cara  yang  tidak  sesuai  dengan  etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran adab keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Untuk penulisan skripsi, tesis, atau disertasi yang menggunakan bahasa lain selain bahasa Indonesia (misal: bahasa daerah atau bahasa gila), redaksi pernyataan di atas dapat dibentuk kesetaraannya dalam bahasa yang dipakai dalam penulisannya.

Mengingat tindakan plagiat adalah bentuk pencurian pandangan baru dan ketidakjujuran, serta membawa dampak negatif terhadap wibawa pendidikan, citra individu dan institusi, pernyataan perihal keaslian  dan bebas plagiarisme  tersebut  harus ditandatangani oleh mahasiswa yang menulis skripsi, tesis, dan disertasi di atas materai Rp 6.000. Pernyataan ini dibuat dalam setidaknya tiga lembar orisinil pada tiga eksemplar skripsi, tesis, atau disertasi sebelum beliaujukan untuk ujian sidang.

Halaman ucapan terima kasih
Bagian ini ditulis untuk mengemukakan ucapan terima kasih dan apresiasi kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi, tesis, atau disertasi. Ucapan terima kasih sebaiknya ditujukan kepada orang-orang yang paling berperan dalam penyelesaian skripsi, tesis, atau disertasi dan disampaikan secara singkat. karena skripsi, tesis, dan disertasi termasuk kategori goresan pena akademik formal, penulis diharap tidak memasukkan ucapan terima kasih yang berlebihan, membuat pernyataan dan menyebutkan pihak-pihak yang tidak relevan.

Abstrak
Saat pembaca atau penguji melihat skripsi, tesis, atau disertasi, belahan yang  pertama kali mereka baca bantu-membantu  adalah judul dan absurd. absurd menjadi belahan yang penting untuk dilihat di awal pembacaan karena di sinilah informasi penting terkait tulisan yang dibuat mampu ditemukan. Penulisan abstrak sesungguhnya dilakukan setelah seluruh tahapan penelitian diselesaikan. Oleh lantaran itu abstrak kemudian menjadi ringkasan dari keseluruhan isi penelitian. Secara struktur, berdasarkan Paltridge dan  Starfield  (2007,  hlm.156), abstrak umumnya terdiri atas potongan-bagian berikut ini:
1)   informasi umum mengenai penelitian yang dilakukan
2)   tujuan penelitian
3)   alasan dilaksanakannya penelitian
4)   metode penelitian yang digunakan
5)   temuan penelitian.

Terkait format penulisannya, absurd untuk skripsi, tesis, dan disertasi di UPI dibentuk dalam satu paragraf dengan jumlah kata antara 200-250 kata, diketik dengan satu spasi, dengan jenis huruf Times New  Roman  ukuran  11.  Bagian  margin  kiri  dan kanan dibentuk menjorok ke dalam.

Penggunaan bahasa untuk penulisan abstrak, dilakukan dengan mengacu pada ketentuan berikut ini.
  1. Skripsi, tesis, dan disertasi  yang  ditulis  dalam bahasa Indonesia harus disertai abstrak dalam dua bahasa, adalah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
  2. Skripsi,  tesis, dan disertasi  yang  ditulis  dalam bahasa daerah,  harus  disertai abstrak dalam tiga bahasa, misalnya bahasa Sunda, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris.
  3. Skripsi,  tesis,  dan  disertasi  yang  ditulis  dalam bahasa Inggris, harus disertai abstrak dalam dua bahasa, yakni bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
  4. Skripsi, tesis, dan disertasi  yang  ditulis  dalam bahasa abnormal selain bahasa Inggris (misal: bahasa Arab, Jerman, Jepang, dan kiprahcis) harus disertai absurd dalam tiga bahasa, ialah bahasa asing yang digunakan dalam penulisannya, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris.
  5. Bagi  mahasiswa  di  jurusan/prodi  bahasa  asing  yang menulis skripsi, tesis, dan disertasi dengan memakai bahasa Indonesia, abstrak yang disertakan ditulis dalam tiga bahasa, yakni bahasa Indonesia, bahasa ajaib sesuai jurusan/prodinya, dan bahasa Inggris.

Daftar isi
Daftar isi merupakan penyajian kerangka isi goresan pena menurut bagian, subbab, dan topiknya secara berurutan berdasarkan posisi halamannya. Daftar isi berfungsi untuk mempermudah para pembaca mencari judul atau subjudul dan cuilan yang ingin dibacanya. Oleh karena itu, judul dan subjudul yang ditulis dalam daftar isi harus eksklusif ditunjukkan nomor halamannya.

Karena sifatnya yang sangat teknis, mahasiswa yang menulis skripsi, tesis, atau disertasi diharapkan mampu memanfaatkan fasilitas yang terdapat dalam Microsoft Office Word, contohnya, untuk membuat daftar isi dari skripsi, tesis, atau disertasi yang mereka buat. Pembuatan daftar isi dengan kemudahan ini akan memerlukan pengetahuaan penggunaan  Microsoft Office Word dengan teknik khusus, namun akan sangat membantu keakuratan dan otomatisasi dokumen yang sedang dibuat. 


Daftar tabel
Daftar tabel menyajikan informasi mengenai tabel-tabel yang digunakan dalam isi skripsi, tesis, atau disertasi beserta judul tabel dan posisi halamannya secara berurutan. Nomor tabel pada daftar tabel ditulis dengan dua angka Arab, dicantumkan secara berurutan yang masing-masing menyatakan nomor urut bagian dan nomor urut tabel di dalam skripsi, tesis, atau disertasi.
Contoh :
Tabel 1.5., artinya tabel pada bab I nomor 5.

Seperti halnya untuk pembuatan daftar isi, penulisan daftar tabel juga  sangat  bersifat  teknis. Para penulis skripsi, tesis, dan disertasi diharapkan menguasai keterampilan penggunaan akomodasi Microsoft Office Word secara mumpuni, sehingga memudahkan mereka dalam melaksanakan format dokumen.

Daftar gambar
Daftar gambar sama seolah-olah fungsi daftar-daftar lainnya, yaitu menyajikan gambar secara berurutan, mulai dari gambar pertama hingga dengan gambar terakhir yang tercantum dalam skripsi, tesis, dan disertasi. Nomor gambar pada daftar gambar ditulis dengan dua angka Arab, dicantumkan secara berurutan yang masing-masing menyatakan nomor urut bab dan nomor urut gambar.

Contoh :
Gambar 2.3., artinya gambar pada bab II nomor 3.

Daftar lampiran
Daftar lampiran menyajikan lampiran secara berurutan mulai dari lampiran pertama sampai dengan lampiran terakhir. Berbeda dengan daftar tabel dan daftar gambar, nomor lampiran didasarkan pada kemunculannya dalam skripsi, tesis, atau disertasi. Lampiran yang pertama kali disebut dinomori Lampiran 1. dan seterusnya.
Contoh:
Lampiran 1. artinya lampiran nomor 1 dan muncul paling awal dalam skripsi, atau tesis, atau disertasi.

Bab I: Pendahuluan
Bab pendahuluan  dalam skripsi,  tesis, atau disertasi pada dasarnya menjadi bab perkenalan. Pada pecahan di bawah ini disampaikan struktur bab pendahuluan yang diubahsuaikan  dari Evans, Gruba dan Zobel (2014) dan juga Paltridge dan Starfield (2007).
  1. Latar belakang penelitian. serpihan ini memaparkan konteks penelitian yang dilakukan. Penulis harus dapat memberikan latar belakang mengenai topik atau info yang akan diangkat dalam penelitian secara menarik sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi remaja ini. Pada bagian ini penulis harus sanggup memosisikan topik yang akan diteliti dalam konteks penelitian yang lebih luas dan sanggup menyatakan adanya gap (kekosongan) yang perlu diisi dengan melaksanakan pendalaman terhadap topik yang akan diteliti. Pada pecahan ini sebaiknya ditampilkan juga secara ringkas hasil penelusuran literatur terkait teori dan temuan dari peneliti sebelumnya mengenai topik yang akan diteliti lebih lanjut.
  2. Rumusan masalah penelitian. cuilan ini memuat identifikasi spesifik mengenai permasalahan yang akan diteliti. Perumusan permasalahan penelitian lazimnya ditulis dalam bentuk pertanyaan penelitian. Jumlah pertanyaan  penelitian yang dibentuk disesuaikan dengan sifat dan kompleksitas penelitian yang dilakukan, namun tetap  mempertimbangkan  urutan dan kelogisan posisi pertanyaannya. Dalam pertanyaan penelitian yang dibentuk, umunya penulis mengidentifikasi topik atau variabel- variabel yang menjadi fokus penelitian. Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif pertanyaan penelitian biasanya mengindikasikan pola yang akan dicari, adalah  apakah  sebatas  untuk  mengetahui bagaimana variabel tersebar dalam sebuah populasi, mencari hubungan antara variabel satu dengan yang lain, atau  untuk  mengetahui  apakah  ada kekerabatan  sebab akibat antara satu varibel dengan variabel yang lain.
  3. Tujuan penelitian. Tujuan penelitian sebetulnya akan tercermin dari perumusan permasalahan yang disampaikan sebelumnya. Namun demikian, penulis diharapkan dapat mengidentifikasi dengan jelas   tujuan umum dan khusus dari penelitian yang dilaksanakan sehingga dapat terlihat terperinci cakupan yang akan diteliti. Tak  jarang,  tujuan  inti  penelitian  justru  terletak  tidak pada pertanyaan penelitian pertama namun pada pertanyaan  penelitian   terakhir,  misalnya. Hal  ini dimungkinkan karena pertanyaan-pertanyaan awal tersebut merupakan langkah-langkah awal yang mengarahkan penelitian pada pencapaian tujuan sesungguhnya. Dalam penelitian yang memakai pendekatan kuantitatif, penulis  dapat pula mengatakan hipotesis penelitiannya lantaran pada dasarnya hipotesis penelitian adalah apa yang ingin diuji oleh peneliti. Dalam kata lain, tujuan penelitian memang iarahkan untuk menguji hipotesis tertentu. Secara posisi penulisannya, hipotesis penelitian  dalam artian penyampaian posisi peneliti dapat ditulis pada belahan ini atau dibuat dalam subbagian yang berbeda sehabis pecahan ini. Secara lebih rinci penulisan hipotesis penelitian disampaikan pada bagian III yang membahas metode penelitian. 
  4. Manfaat/ signifikansi   penelitian. serpihan   ini menyampaikan gambaran mengenai nilai lebih atau kontribusi yang dapat diberikan  oleh  hasil  penelitian yang  dilakukan.  Manfaat/  signifikansi penelitian ini dapat dilihat dari salah satu atau beberapa aspek yang meliputi: (1) manfaat /signifikansi dari segi teori (mengatakan apa yang belum atau kurang diteliti dalam kajian pustaka yang  merupakan  kontribusi penelitian), (2)  manfaat/  signifikansi  dari  segi kebijakan (membahas perkembangan kebijakan formal  dalam bidang yang dikaji dan memaparkan data yang menunjukkan betapa seringnya kasus yang dikaji muncul dan betapa kritisnya masalah atau dampak yang ditimbulkannya), (3) manfaat/ signifikansi dari segi praktik (memberikan ilustrasi bahwa hasil penelitian mampu menyampaikan alternatif sudut pandang atau solusi dalam memecahkan perkara spesifik tertentu), dan (4) manfaat/ signifikansi dari segi berita serta agresi sosial (penelitian  mungkin  bisa dikatakan sebagai alat  untuk memberikan pencerahan pengalaman hidup dengan memberikan gambaran  dan  mendukung adanya  aksi) (lihat Marshall & Rossman, 2006,  hlm. 34-38).
  5. Struktur organisasi skripsi,  tesis, atau disertasi. kepingan ini memuat sistematika penulisan skripsi, tesis, atau disertasi dengan memberikan gambaran kandungan setiap bagian, urutan penulisannya, serta keterkaitan antara satu bab dengan bab lainnya dalam membentuk sebuah kerangka utuh skripsi, tesis, atau disertasi.

Bab II: Kajian pustaka/ landasan teoretis
Bagian kajian pustaka/ landasan teoretis dalam skripsi, tesis, atau disertasi memberikan konteks yang jelas terhadap topik atau permasalahan yang beliaungkat  dalam penelitian.  Bagian ini mempunyai  peran yang  sangat  penting.  Melalui  kajian  pustaka ditunjukkan the state of the art dari teori yang sedang dikaji dan kedudukan kasus penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti. Pada prinsipnya kajian pustaka/ landasan teoretis ini berisikan hal-hal sebagai berikut: a.  konsep-konsep, teori-teori, dalil-dalil, aturan-hukum, model- model,  dan  rumus-rumus  utama  serta  turunannya  dalam bidang yang dikaji; b.  penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti, termasuk mekanisme, subjek, dan temuannya; c.  posisi teoretis peneliti yang berkenaan dengan kasus yang diteliti.

Pada bagian ini, peneliti membandingkan, mengontraskan, dan memosisikan kedudukan masing-masing penelitian yang dikaji melalui pengaitan dengan kasus yang sedang diteliti. Berdasarkan kajian tersebut, peneliti menjelaskan posisi/ pendiriannya disertai dengan alasan-alasan yang logis. penggalan ini dimaksudkan  untuk  menampilkan  "mengapa  dan  bagaimana" teori dan hasil penelitian para pakar terdahulu diterapkan oleh peneliti dalam penelitiannya, contohnya dalam merumuskan asumsi-asumsi penelitiannya.

Ada beberapa perbedaan mendasar yang perlu digarisbawahi terkait bagaimana teori dikaji pada skripsi, tesis, dan disertasi. Paltridge dan Starfield (2007) mengemukakan beberapa ciri yang membedakan tingkat dan sifat kajian pustaka untuk penulisan skripsi, tesis dan disertasi yang disampaikan di bawah ini.
  1. Pemaparan kajian pustaka dalam skripsi lebih bersifat deskriptif,  berfokus  pada  topik,  dan  lebih mengedepankan sumber rujukan yang terkini.
  2. Pemaparan  kajian  pustaka  dalam  tesis  lebih  bersifat analitis dan sumatif, mencakup info-isu metodologis, teknik penelitian dan juga topik-topik yang berkaitan. 
  3. Pemaparan kajian pustaka dalam disertasi lebih mengedepankan sintesis teori secara analitis, yang mencakup semua teori yang dikenal mengenai topik tertentu, termasuk teori-teori yang dikaji dalam bahasa yang berbeda. Dalam disertasi harus dilakukan upaya pengaitan/ penghubungan konsep baik di dalam maupun lintas teori. evaluasi kritis juga perlu dilakukan terhadap kajian-kajian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Dalam hal ini kedalaman dan keluasan pembahasan tradisi filosofis dan keterkaitan dengan topik yang diangkat dalam penelitian perlu dilakukan.
Hal lain yang berkenaan pula dengan penulisan kajian pustaka, khususnya untuk tesis, dan terutama disertasi yaitu penulis hendaknya  memperhatikan  persyaratan  seperti  yang dikemukakan oleh Bryant (2004) di bawah ini.
  1. Penulis sudah  mengetahui  teori  yang  berasal  dari pemikiran yang  mutakhir dan teori yang mewakili anutan utama berkait dengan topik yang ditelitinya.
  2. Penulis  sudah  mampu  mengkaji  penelitian  terdahulu yang  berkaitan  dengan  bidang  yang  ditelitinya  secara bertanggung jawab.
  3. Penulis  sudah mengetahui rujukan atau penelitian yang dikutip secara berulang oleh para jago atau akademisi lain yang berkaitan dengan bidang yang ditelitinya.
  4. Penulis sudah mengenal nama-nama mahir yang mengemukakan teori yang  berkaitan  dengan topik penelitian yang dikajinya.

Bab III: Metode penelitian

Bagian ini merupakan potongan yang bersifat mekanismeal, yakni serpihan yang mengarahkan pembaca untuk mengetahui bagaimana peneliti  merancang alur  penelitiannya dari  mulai pendekatan  penelitian  yang diterapkan, instrumen yang digunakan, tahapan pengumpulan data yang dilakukan, hingga langkah-langkah analisis data yang dijalankan. Secara umum akan disampaikan pola paparan yang digunakan dalam menjelaskan kepingan metode penelitian dari sebuah skripsi, tesis, atau disertasi dengan dua kecenderungan, ialah penelitian kuantitatif dan kualitatif. Berikut disampaikan kecenderungan alur pemaparan metode penelitian untuk skripsi, tesis, dan disertasi yang menggunakan pendekatan kuantitatif (terutama untuk survei dan eksperimen) yang diadaptasi dari Creswell (2009).
  1. Desain penelitian. Pada belahan ini penulis/ peneliti menyampaikan secara eksplisit apakah penelitian yang dilakukan  masuk  pada  kategori  survei  (deskriptif  dan korelasional) atau kategori eksperimental. Lebih lanjut pada pecahan ini disebutkan dan dijelaskan secara lebih detil jenis desain spesifik yang digunakan (misal untuk metode eksperimental: true experimental atau quasi experimental).
  2. Partisipan. Peneliti pada cuilan ini menjelaskan partisipan yang terlibat dalam penelitian. Jumlah partisipan yang terlibat, karakteristik yang spesifik dari partisipan, dan dasar pertimbangan pemilihannya disampaikan untuk memberikan ilustrasi jelas kepada para pembaca.
  3. Populasi dan sampel. Pemilihan atau penentuan partisipan intinya dilalui dengan Tutorial penentuan sampel dari populasi. Dalam hal ini peneliti harus menyampaikan  paparan  jelas tentang bagaimana sampel ditentukan. karena tidak semua penelitian melibatkan manusia,  untuk bidang ilmu tertentu, teknik sampling juga mampu dilakukan untuk binatang, benda mati, atau zat tertentu. 
  4. Instrumen  penelitian. Pada  bagian  ini  disampaikan secara rinci mengenai instrumen/ alat pengumpul data yang  dipergunakan  dalam  penelitian.  Instrumen penelitian  ini  dapat  berupa angket,  catatan  observasi, atau soal test. Penjelasan secara rinci terkait jenis instrumen, sumber instrumen (apakah menciptakan sendiri atau memakai yang telah ada), pengecekan validitas dan realibilitasnya,  serta  teknis penggunaannya disampaikan pada potongan ini.
  5. Prosedur penelitian. cuilan ini memaparkan secara kronologis langkah-langkah penelitian yang dilakukan terutama bagaimana desain penelitian dioperasionalkan secara nyata. Terutama untuk jenis penelitian eksperimental, skema atau alur penelitian yang dapat disertai notasi dan unsur-unsurnya disampaikan secara rinci. ilhamntifikasi jenis variabel beserta perumusan hipotesis penelitian secara statistik (dengan notasi) dituliskan secara eksplisit sehingga menguatkan kembali pemahaman pembaca mengenai arah tujuan penelitian.
  6. Analisis data.  Pada pecahan  ini  secara  khusus disampaikan jenis analisis statistik beserta jenis software khusus yang digunakan (misal: SPSS). Statistik deskriptif dan inferensial yang mungkin dibahas dan dihasilkan nantinya disampaikan beserta langkah-langkah pemaknaan hasil temuannya.
Sementara itu untuk penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, kecenderungan alur pemaparan metode penelitian untuk skripsi, tesis, dan disertasi, seolah-olah diubahsuaikan dari Creswell (2011), relatif lebih cair dan sederhana, dengan berisikan unsur- unsur di bawah ini.
  1. Desain penelitian. potongan ini menjelaskan jenis desain penelitian yang digunakan dengan menyebutkan, bila memungkinkan, label khusus yang masuk kategori desain penelitian kualitatif, misalkan etnografi, atau studi kasus.
  2. Partisipan dan tempat penelitian. penggalan ini terutama dimunculkan  untuk  jenis  penelitian yang melibatkan subjek manusia sebagai sumber pengumpulan datanya. Pertimbangan pemilihan partisipan dan tempat penelitian yang terlibat perlu dipaparkan secara jelas.
  3. Pengumpulan data. Pada potongan ini dijelaskan secara rinci  jenis  data yang diperlukan, instrumen apa yang digunakan, dan tahapan-tahapan teknis pengumpulan datanya. Sangat dimungkinkan bahwa pengumpulan data dilakukan  dengan menggunakan  lebih  dari satu instrumen dalam rangka triangulasi untuk meningkatkan kualitas dan realibilitas data.
  4. Analisis data. Pada serpihan ini penulis diharapkan dapat menjelaskan secara rinci dan terperinci langkah-langkah yang ditempuh sesudah data berhasil dikumpulkan. Apabila ada kerangka analisis khusus berdasarkan landasan teori tertentu, penulis harus mampu menjelaskan bagaimana kerangka tersebut diterapkan dalam menganalisis data yang diperoleh semoga mampu menghasilkan temuan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang beliaujukan. Secara umum dalam alur analisis data kualitatif, peneliti berbicara banyak mengenai langkah-langkah inspirasintifikasi, kategorisasi, kodifikasi, reduksi, pemetaan pola, dan sistesis   dari   hasil   pelaksanaan   rangkaian   tahapan tersebut.
  5. Isu  etik.  Bagian  ini  pada dasarnya  bersifat opsional. Terutama bagi penelitian yang melibatkan manusia sebagai subjek penelitiannya,  pertimbangan   potensi dampak negatif secara fisik dan psikologis perlu mendapat perhatian khusus. Penulis harus sanggup menjelaskan dengan baik bahwa  penelitian  yang dilakukan tidak menimbulkan  dampak negatif baik secara fisik maupun nonfisik dan menjelaskan mekanisme penanganan gosip tersebut.
Penjelasan mengenai unsur-unsur yang umumnya muncul dalam bagian mengenai metode penelitian, baik yang memakai pendekatan kuantitatif dan kualitatif di atas pada dasarnya masih mungkin mengalami variasi dan pembiasaan sesuai dengan kekhasan bidang kajian yang diteliti. Apa yang disampaikan merupakan panduan yang berisikan elemen-elemen penting yang mampu menjadi payung bagi penulisan skripsi, tesis, dan disertasi.

Bab IV: Temuan dan Pembahasan

Bab  ini  menyampaikan  dua  hal  utama,  yakni  (1)  temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan aneka macam kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan penelitian, dan (2) pembahasan temuan penelitian untuk menjawab  pertanyaan  penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.

Dalam pemaparan temuan penelitian beserta pembahasannya, Sternberg (1988, hlm. 54) menyatakan ada dua pola umum yang mampu   diikuti, yakni pola nontematik dan   tematik.  Cara nontematik adalah Cara pemaparan temuan dan pembahasan yang dipisahkan, sementara Cara  tematik  adalah Tutorial pemaparan temuan dan pembahasan yang digabungkan. Dalam hal ini, beliau lebih menyarankan pola yang tematik, adalah setiap temuan kemudian dibahas secara eksklusif sebelum maju ke temuan berikutnya. 

Bab V: akhir, Implikasi dan Rekomendasi
Bab ini berisi selesai, implikasi, dan rekomendasi, yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang mampu dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut. Ada dua alternatif Tutorial penulisan akhir, yakni dengan Tutorial butir demi butir atau dengan Tutorial uraian padat.

Untuk karya tulis ilmiah seolah-olah skripsi, terutama untuk tesis dan disertasi, penulisan tamat dengan Cara uraian padat lebih baik daripada dengan Cara butir demi butir. selesai harus menjawab pertanyaan penelitian atau rumusan perkara. Selain itu, akhir tidak mencantumkan lagi angka-angka statistik hasil uji statistik.

Implikasi dan rekomendasi yang ditulis setelah akhir mampu ditujukan kepada para pembuat kebijakan, kepada para pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, kepada peneliti berikutnya yang berminat  untuk  melakukan  penelitian  selanjutnya,  dan kepada pemecahan masalah di lapangan atau follow up dari hasil penelitian. Dalam menunjukkan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya saran atau rekomendasi dipusatkan pada dua atau tiga hal yang paling utama  yang ditemukan oleh penelitian. Akan lebih baik apabila penulis menyarankan penelitian yang melangkah satu tahap   lebih baik dari penelitian yang telah dilakukan.

Dalam beberapa kasus bab terakhir dari skripsi, tesis, atau disertasi dikemukakan keterbatasan penelitian, khususnya kelemahan yang berkaitan dengan metode penelitian, teknik pengumpulan data, dan sampel yang terlibat.

Format penulisan skripsi, tesis, dan disertasi
Penulisan skripsi, tesis dan disertasi di lingkungan UPI mengacu kepada format penulisan yang diuraikan di bawah ini.
  1. Jenis kertas yang digunakan adalah kertas ukuran A4 80 gram.
  2. Jenis abjad yang digunakan yaitu Times New Roman ukuran 12.
  3. Jarak penulisan adalah 1,5 spasi.
  4. Margin kiri berjarak 4 cm; margin kanan berjarak 3 cm; margin atas berjarak 3 cm; margin bawah berjarak 3 cm.
  5. Nomor  halaman  ditulis  di  bagian  kanan  atas,  kecuali pada pecahan awal bagian.

Penulisan Antologi

Salah satu syarat kelulusan, mahasiswa yang menulis skripsi diwajibkan menulis juga artikel berupa ringkasan skripsi, sebagai acuan biasanya dengan ketentuan di bawah ini.
  1. Artikel merupakan  ringkasan atau bentuk pendek skripsi dengan  jumlah  kata:    a)  untuk MIPA  dan  Teknologi Kejuruan  (2500-5000  kata),  b)  humaniora  (3000-6000 kata).
  2. Artikel ditulis dengan jarak satu spasi, huruf Times New Roman 12, dan margin kiri dan atas masing-masing 3 cm serta margin bawah dan atas masing-masing 2,5 cm.
  3. Judul ditulis dengan karakter kapital jenis aksara Berlin Sans FB  16,  diikuti  oleh  nama  penulis tanpa gelar dengan abjad Gill Sans MT14, di bawahnya dituliskan afiliasi penulis  yaitu Jurusan ....,  Fakultas  .......,  Universitas Pendidikan  Indonesia,  dan  email  penulis  penanggung jawab dengan abjad Gill Sans MT 12, dengan dicetak miring.
  4. Tempatkan pembimbing sebagai penulis kedua, ketiga, dst..... Bubuhkan catatan kaki di belakang nama pembimbing “Penulis Penanggung Jawab” 
  5. Di bawah afiliasi, tuliskan abstrak dengan karakter Times New Roman 11, dengan inden kiri dan kanan masing- masing 1 cm.
  6. Abstrak   harus   berisi   uraian   pentingnya   topik   yang dibahas, kesenjangan yang ditemukan antara teori dan kenyataan atau antara impian dan kenyataan, penelitian yang dibahas, metode, hasil dan pembahasan, serta kesimpulan dalam bahasa Indonesia dan Inggris. 
  7. Judul  dan  abstrak  ditulis  dalam bahasa  Indonesia  dan bahasa Inggris.
  8. Pada setiap halaman ganjil berikan header atau sirahan berupa Nama Jurnal, Volume, Nomor edisi, bulan dan tahun penerbitan serta halaman artikel yang dimuat dengan rata kiri.
  9. Pada setiap halaman genap, berikan sirahan berisi nama penulis  dan  judul  artikel  dengan  rata  kanan.  Bila  tak mencukupi, judul tidak perlu ditulis lengkap.
  10. Di bawah abstrak tuliskan kata kunci tidak lebih dari lima kata.
  11. Setelah  kata  kunci  lansung  uraikan  mengenai  latar belakang    sekaligus    teori    yang    digunakan dalam penelitian tanpa diawali subjudul dengan panjang kepingan ini tak lebih dari 20% dari panjang seluruh goresan pena.
  12. Setelah  uraian  teori,  beri  subjudul  METODE  dengan Times New Roman 12 huruf kapital diikuti uraian mengenai desain penelitian, responden yang terlibat, instrumen yang digunakan, serta mekanisme analisis data dengan panjang uraian tidak lebih dari 15% dari seluruh panjang goresan pena.
  13. Ikuti  uraian  mengenai  metode  dengan  subjdul  berupa HASIL DAN PEMBAHASAN yang berisi uraian mengenai  temuan dan pembahasan hasil   penelitian dengan  panjang tidak lebih dari  60%  panjang seluruh tulisan. 
  14. Ikuti uraian  mengenai pembahasan dengan KESIMPULAN yang berisi ringkasan dan komentar atas temuan penelitian dengan panjang tidak lebih dari 5% dari total panjang goresan pena.
  15. Setelah kesimpulan, masukan REFERENSI dengan memakai model American Psychological Association (APA Style) dengan rata kiri.
  16. Kutipan blok diberi inden 0,75cm, lebar kolom 7,43 dan jarak antarkolom 0,6 cm.
  17. Gunakan garis horizontal untuk tabel (lihat tabel Model APA). Berikan nomor dan judul tabel di atasnya.
  18. 18) Setiap sumber yang dikutip dalam naskah harus tercantum  dalam  Referensi;  sebaliknya  rujukan  yang tercantum dalam Referensi harus muncul dalam teks.

Teknik Penulisan

Teknik penulisan ini merupakan pembahasan yang secara khusus ditujukan untuk menyampaikan rambu-rambu umum terkait penulisan dengan memakai kaidah penulisan dalam bahasa Indonesia secara baik dan benar. Hal-hal yang disampaikan pada kepingan di bawah ini merujuk pada Permendiknas No. 46 Tahun 2009  tentang  Pedoman  Umum  Ejaan  Bahasa  Indonesia  yang Disempurnakan. Berhubung tidak semua hal dirujuk dan dipaparkan pada bagian ini, untuk teknik penulisan yang lebih detil mahasiswa diharapkan mampu membaca dokumen tersebut secara pribadi.

Dalam penulisan pedoman ini, dan tentunya penulisan karya ilmiah oleh mahasiswa, beberapa teknik penulisan tentunya dapat mengalami pembiasaan lantaran selain mendorong penggunaan Ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan, UPI juga mengadaptasi gaya selingkung APA.

Penulisan karakter
Penulisan karakter yang dibahas dalam penulisan karya ilmiah ini terutama berkaitan dengan penggunaan (1) abjad kapital, (2) huruf miring, dan (3) huruf tebal.

Huruf kapital
Huruf kapital digunakan dalam beberapa kondisi penulisan sebagai berikut:
  1. huruf pertama pada awal kalimat (misalnya: Penelitian ini dilakukan selama lima bulan);
  2. huruf   pertama   petikan   eksklusif   (misalnya:   Ayah bertanya, “Mengapa kau terlihat murung?”); 
  3. huruf  pertama  dalam  kata  dan  ungkapan  yang bekerjasama dengan agama, kitab suci, dan tuhan, termasuk kata ganti untuk tuhan (misalnya: Islam, Kristen, Quran, Bibel, dll.);
  4. huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang (Misalnya: Sultan Hasanudin, Haji Agus Salim); 
  5. huruf kapital tidak dipakai sebagai aksara pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang (misalnya: beliau gres saja menunaikan ibadah haji);
  6. huruf  pertama  unsur  nama  jabatan  yang  diikuti  nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu (misalnya: Gubernur Jawa Barat, Jenderal Sudirman);
  7. huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya (misalnya: (1) Rapat itu dipimpin oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia, (2) Rapat itu dipimpin oleh Menteri);
  8. huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu (misalnya: Sejumlah menteri hadir dalam rapat kabinet kemarin sore);
  9. huruf   pertama   unsur-unsur   nama   orang   (misalnya: Chairil Anwar, Imam Bonjol);
  10. huruf kapital tidak dipakai sebagai abjad pertama seperti pada de, van, dan der (dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal) (misalnya: Robin van Persie);
  11. huruf  kapital  tidak  dipakai  untuk  menuliskan  huruf pertama  kata  bin  atau  binti  (misalnya:  Abdullah  bin Abdul Musthafa, Fatimah binti Muhammad Husen); 
  12. huruf  pertama  singkatan  nama  orang  yang  digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran (misalnya: joule per Kelvin, Newton);
  13. huruf kapital tidak digunakan sebagai karakter pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran (misalnya: 15 watt, mesin diesel);
  14. huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa (misalnya: suku Batak, bahasa Sunda, bangsa Afrika); 
  15. huruf kapital tidak dipakai sebagai aksara pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar  kata  turunan  (misalnya:  pengindonesiaan  kata asing, keinggris-inggrisan);
  16. huruf  pertama  nama  tahun,  bulan,  hari,  dan  hari  raya (misalnya: bulan Mei, hari Idul Fitri);
  17. huruf   pertama   unsur-unsur   nama   bencana   sejarah (misalnya: perang Teluk, Konferensi Meja bulat);
  18. huruf   kapital   tidak   digunakan   sebagai   abjad   pertama tragedi sejarah yang tidak digunakan sebagai nama (misalnya: Para pendekar berjuang demi  kemerdekaan Indonesia); 
  19. huruf kapital dipakai sebagai abjad pertama unsur-unsur nama diri geografi (misalnya: Jawa Barat, Bandung);
  20. huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi (misalnya: Sungai Citarum, Gunung Galunggung);
  21. huruf kapital tidak dipakai sebagai aksara pertama unsur geografi  yang  tidak  diikuti  oleh nama diri  geografi (misalnya: Adik suka berenang di sungai);
  22. huruf kapital tidak digunakan sebagai karakter pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis (misalnya: kunci inggris, pisang ambon);
  23. huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi,   lembaga   ketatanegaraan,   badan,   dan   nama dokumen  resmi,  kecuali  kata  tugas,  seperti  dan,  oleh, atau, dan untuk (misalnya: Republik Indonesia, badan Kesejahteraan Ibu dan Anak);
  24. huruf kapital tidak dipakai sebagai aksara pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, tubuh, dan nama dokumen resmi (misalnya: kolaborasi antara pemerintah dan rakyat); 
  25. huruf  pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat  pada  nama  lembaga   resmi, lembaga ketatanegaraan, tubuh, dokumen  resmi, dan judul karangan (misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa, Dasar-Dasar Ilmu aturan);
  26. huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang  sempurna)  di  dalam  judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata  tugas  seperti  di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal  (misalnya:  Dia  suka  membaca  buku  Dari  Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma);
  27. huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri (misalnya: Dr. untuk doktor, S.E. untuk sarjana ekonomi);
  28. huruf  pertama  kata  penunjuk  hubungan  kekerabatan, seakan-akan  bapak,  ibu,  saudara,  kakak, adik, dan  paman, yang digunakan   dalam   penyapaan   atau   pengacuan (misalnya:  (1) &n

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Laporan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) Download File Format .docx Microsoft Word

Kumpulan contoh Karya Tulis Ilmiah Lengkap Format Microsoft Word

Contoh Kata Pengantar Makalah Sosiologi